Kedudukan Jepang di Indonesia
Pasukan Jepang sejak awal berusaha menguasai Indonesia sejak pecah perang Pasifik. Alasannya, Angkatan Perang Jepang (Dai Nippon) membutuhkan minyak bumi dan bahan mentah lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan angkatan perangnya.
Markas besar Kemaharajaan Jepang membentuk tentara umum selatan, yang meliputi:
- Tentara ke-14 dipimpin Letjend Honma Masaharu dengan wilayah operasi di Philipina.
- Tentara ke-15 dipimpin Letjend Iida Shojiro dengan wilayah operasi di Thailand dan Burma.
- Tentara ke-16 dipimpin Letjend Imamura Hitoshi dengan wilayah operasi di Indonesia (Hindia Belanda).
- Tentara ke-25 dipimpin Letjend Yamashita Tomoyuki dengan wilayah operasi di Malaya (Malaysia).
Selain itu, terdapat beberapa divisi dalam struktur pasukan tersebut. Pada 1 Maret 1942, tentara ke-16 Angkatan Darat Jepang yang dipimpin Letjend Hitoshi Imamura telah mendarat di Pulau Jawa di tiga tempat, yaitu: Di teluk Banten, Jawa Barat Di Eretan Wetan, Jawa Barat Di Kragan, Rembang, Jawa Barat. Tentara Jepang dengan mudah merebut kota-kota penting di Jawa seperti Batavia, Bandung dan lain-lain. Pada 8 Maret 1942, Letjend Hein Ter Poorten selaku Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda dan atas nama Angkatan Perang Sekutu di Indonesia menyerah tanpa syarat kepada pasukan Jepang.
Kedatangan tentara Jepang yang mengusir imperialis Belanda bertujuan bukan untuk membebaskan rakyat Indonesia, tetapi ada maksud tertentu. Faktor-faktor utama kedatangan Jepang ke Indonesia adalah:
1. Indonesia kaya hasil tambang, sehingga menunjang untuk keperluan perang.
- Indonesia terdapat bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri Jepang.
- Indonesia memiliki tenaga manusia atau SDM (man power) yang banyak sehingga dapat mendukung usaha Jepang.
- Ambisi Jepang untuk mewujudkan Hakko Ichi-u yaitu pembentukan imperium yang meliputi bagian besar dunia yang dipimpin Jepang.
- Kepentingan migrasi, maksudnya wilayah Jepang yang sempit sedangkan jumlah penduduk banyak maka dibutuhkan tempat bagi pemerataan penduduk.
- Dampak Sosial
Jepang melakukan eksploitasi terhadap rakyat Indonesia dengan membentuk Romusha atau tenaga kerja paksa.Kerja paksa tersebut terdiri atas para laki-laki Indonesia yang direktrut oleh Romukyokai. Sementara perempuan-perempuan di Indonesia pada masa itu dijadikan Jugun Lanfu atau tenaga penghibur tentara Jepang memuaskan hasrat.
- Dampak Ekonomi
- Dampak Budaya
Dampak pendudukan Jepang di Indonesia dalam bidang budaya yaitu ada kebiasaan Seikerei yang ingin ditanamkan oleh Jepang pada Indonesia. Akan tetapi, hal tersebut bertentangan dengan cara ibadah umat muslim. Hal itu berkaitan dengan membungkukkan badan terhadap kaisar yang merupakan manusia, padahal bagi umat muslim, gerakan ini dilakukan ketika berdoa kepada Allah.
- Dampak Politik
- Dampak Pendidikan
Pada masa pendudukan Jepang, pendidikan dapat dibilang mengalami kemajuan, yakni tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan lagi serta dibentuknya sistem tahapan (SD, SMP, dan SMA). Namun, tetap ada motivasi pemanfaatan masyarakat untuk bisa terlibat perang kala itu. Para siswa diwajibkan untuk mengikuti latihan dasar kemiliteran, yaitu baris-berbaris dan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang.
Dampak Positif Kedudukan Jepang di Indonesia:
- Diperbolehkannya penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa nasional serta bahasa pengantar di sekolah.
- Propaganda Jepang yang mendukung gerakan anti-Belanda, secara tidak langsung menumbuhkan semangat kebangsaan atau nasionalisme rakyat Indonesia.
- Guna mendapatkan simpati rakyat Indonesia, Jepang mendekati para tokoh nasional dan menjadikan mereka sebagai penggerak mobilisasi massa.
- Agenda pelatihan militer dan semimiliter yang diadakan oleh Jepang menjadi bekal rakyat Indonesia guna mempersiapkan diri menghadapi peperangan suatu hari nanti.
- Kebijakan romusha menyebabkan munculnya berbagai macam permasalahan sosial yang mengakibatkan trauma bagi masyarakat Indonesia
- Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan Jepang mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan rakyat Indonesia
- Kehidupan yang menderita dan sengsara karena kemiskinan. Hal ini dikarenakan segala potensi ekonomi di Indonesia digunakan untuk mendukung Jepang dalam perang.
- Penyebaran intelijen dan polisi khusus menghadirkan rasa takut di kalangan rakyat. Penyebaran ini dilakukan guna mengawasi rakyat Indonesia yang dicurigai sebagai golongan anti-Jepang.
- Pembatasan aktivitas pers mengakibatkan tidak adanya pers nasional yang bebas dari pengaruh Jepang. Pers nasional pada saat itu harus tunduk pada pemerintah Jepang.
Komentar
Posting Komentar